Haii Moms, cuung siapa di sini yang sekarang sedang gundah gulana karena sedang menghitung waktu untuk menyapih si kecil??
Beberapa perasaan yang campur aduk Antara excited karena berarti si kecil semakin bertumbuh dan mulai berganti gelar menjadi “not so baby anymore”, galau karena khawatir pada masa peralihan nanti si kecil jadi rewel dan susah tidur, atau bahkan perasaan emosional berupa sedih karena takut nanti si kecil akan berkurang attachment nya karena sudah “tidak ketergantungan” lagi dengan kita, itu memang lumrah terjadi dan sangat manusiawi kok Mom. Namun, perasaan-perasaan tersebut harus bisa dikontrol sedemikian rupa supaya proses menyapih menjadi sukses dan berakhir bahagia.
Hal pertama yang perlu Mom sadari, kita sebagai seorang Ibu adalah pemeran utama dalam proses menyapih ini. Artinya, jika memang Mom merasa sudah waktunya untuk menyapih si kecil, Mom sudah harus mempersiapkan mental dengan sangat baik. Tahukah Mom, jika apa yang dirasakan oleh seorang Ibu itu sangat mempengaruhi kondisi si kecil ? Hubungan emosional yang sangat lekat ini sudah dibangun sejak si kecil masih berupa janin dalam kandungan, lho Mom. Penelitian yang dilakukan oleh Association for Psychological Science menemukan bahwa hormone yang dihasilkan dari tubuh Ibu hamil sebagai akibat dari beberapa kondisi tertentu akan mengalir ke tubuh janin melalui plasenta. Dari sinilah awal terbentuknya hubungan emosional Antara Mom dan si kecil dan akan tetap melekat sampai kapanpun.
Saat si kecil sudah terlahir ke dunia, perkembangannya banyak dipengaruhi oleh factor eksternal, seperti lingkungan keluarga, pola asuh, dsb. Dan tentunya, kelekatan Antara Mom dan si kecil yang sudah terbangun sejak janin akan menjadi faktor utama penentu perkembangan mereka. Jadi, karena itulah Mom harus mempersiapkan mental sebaik mungkin sebelum mulai menyapih si kecil. Self-control dari diri Mom yang baik menjadi penentu bagaimana respon yang akan dihasilkan oleh si kecil saat proses menyapih. Di luar dari banyak teknik menyapih si kecil, ada dua hal yang bisa Mom terapkan :
1. Berpikir Positif
Meskipun ada perasaan campur aduk seperti yang sudah disebutkan di atas, Mom tetap harus menggiring pikiran Mom ke arah positif. Waktu menyapih yang umumnya dilakukan adalah saat si kecil sudah memasuki usia 2 tahun dan itu artinya si kecil semakin berkembang dan akan banyak sekali kejutan yang dia berikan. Menyapih bukanlah berarti menjadi pemisah Antara Mom dan si kecil, melainkan saat ini si kecil sudah mulai belajar mandiri sebagai tahap persiapan dia masuk ke dunia yang lebih luas lagi. Mungkin memang benar, sebelum disapih si kecil pasti terkesan lebih membutuhkan Mom untuk bisa tidur nyenyak atau menjadi senjata ampuh saat si kecil rewel/nangis. Dan saat disapih nanti, senjata ampuh itu seakan-akan hilang dan Mom harus mencari cara lain yang sama ampuhnya. Saat si kecil harus beradaptasi dan belajar tanpa nen lagi, di sinilah moment dimana Mom dapat membangun hubungan kelekatan yang lebih erat lagi tanpa adanya “ketergantungan”. Sehingga si kecil pun akan merasakan kelekatan hubungan dengan Mom meskipun dia tidak nen lagi. Pikiran positif seperti itu yang sebaiknya secara perlahan Mom sugestikan kepada diri Mom sebagai persiapan memasuki proses menyapih si kecil.
2.Quality Time melalui Komunikasi dengan si kecil
Saat menyapih si kecil, mom pasti harus menyediakan extra time lebih banyak untuk menggantikan posisi yang awalnya mampu ditaklukkan oleh nen tadi. Jadikanlah hal tersebut itu sebagai moment quality time Antara Mom dan si kecil. Contohnya, Mom bisa memulai mengajak si kecil mengobrol atau membacakan cerita kepada si kecil sebelum tidur. Hal tersebut selain bisa menjadi stimulus si kecil untuk semakin menambah kosa kata, juga bisa menjadi moment untuk membiasakan terbangunnya komunikasi yang baik Antara Mom dan si kecil. Mom gak mau kan saat si kecil besar nanti dia menganggap Mom seperti guru killer yang membuat dia takut untuk bicara atau bahkan cerita sama Mom? Nah, hal ini salah satunya bisa diantisipasi sedini mungkin dengan mulai membiasakan mengajak si kecil berkomunikasi dengan Mom. Mulailah untuk menggantikan posisi nen untuk membuat si kecil tertidur, baru selanjunya hal ini bisa dilakukan untuk meredakan si kecil yang sedang rewel. Saat sejak dini si kecil sudah terbiasa membangun komunikasi yang baik dengan Mom, pasti seiring bertambahnya usia si kecil, komunikasi yang efektif ini akan melahirkan rasa saling percaya dan saling menghargai Antara Mom dan si kecil. Sehingga, Sinergi di dalam keluarga kecil Mom pun akan semakin kuat.
Dua hal di atas memang kelihatannya simple ya Mom, namun saat menjalani ini pasti akan ada tantangan tersendiri yang Mom akan hadapi. Kembali lagi, Mom sebagai seorang Ibu adalah key person dalam proses ini. Pantang menyerah yaa Mom. Mom adalah role model yang akan ditiru oleh si kecil. Jadi, mulailah dengan mempersiapkan diri Mom untuk membangun pikiran yang positif dan quality time dengan si kecil sebagai kunci sukses dalam menyapih si kecil.
Salam damai dan bahagia yaa untuk Mom semuaa 😊
Beberapa perasaan yang campur aduk Antara excited karena berarti si kecil semakin bertumbuh dan mulai berganti gelar menjadi “not so baby anymore”, galau karena khawatir pada masa peralihan nanti si kecil jadi rewel dan susah tidur, atau bahkan perasaan emosional berupa sedih karena takut nanti si kecil akan berkurang attachment nya karena sudah “tidak ketergantungan” lagi dengan kita, itu memang lumrah terjadi dan sangat manusiawi kok Mom. Namun, perasaan-perasaan tersebut harus bisa dikontrol sedemikian rupa supaya proses menyapih menjadi sukses dan berakhir bahagia.
Hal pertama yang perlu Mom sadari, kita sebagai seorang Ibu adalah pemeran utama dalam proses menyapih ini. Artinya, jika memang Mom merasa sudah waktunya untuk menyapih si kecil, Mom sudah harus mempersiapkan mental dengan sangat baik. Tahukah Mom, jika apa yang dirasakan oleh seorang Ibu itu sangat mempengaruhi kondisi si kecil ? Hubungan emosional yang sangat lekat ini sudah dibangun sejak si kecil masih berupa janin dalam kandungan, lho Mom. Penelitian yang dilakukan oleh Association for Psychological Science menemukan bahwa hormone yang dihasilkan dari tubuh Ibu hamil sebagai akibat dari beberapa kondisi tertentu akan mengalir ke tubuh janin melalui plasenta. Dari sinilah awal terbentuknya hubungan emosional Antara Mom dan si kecil dan akan tetap melekat sampai kapanpun.
Saat si kecil sudah terlahir ke dunia, perkembangannya banyak dipengaruhi oleh factor eksternal, seperti lingkungan keluarga, pola asuh, dsb. Dan tentunya, kelekatan Antara Mom dan si kecil yang sudah terbangun sejak janin akan menjadi faktor utama penentu perkembangan mereka. Jadi, karena itulah Mom harus mempersiapkan mental sebaik mungkin sebelum mulai menyapih si kecil. Self-control dari diri Mom yang baik menjadi penentu bagaimana respon yang akan dihasilkan oleh si kecil saat proses menyapih. Di luar dari banyak teknik menyapih si kecil, ada dua hal yang bisa Mom terapkan :
1. Berpikir Positif
Meskipun ada perasaan campur aduk seperti yang sudah disebutkan di atas, Mom tetap harus menggiring pikiran Mom ke arah positif. Waktu menyapih yang umumnya dilakukan adalah saat si kecil sudah memasuki usia 2 tahun dan itu artinya si kecil semakin berkembang dan akan banyak sekali kejutan yang dia berikan. Menyapih bukanlah berarti menjadi pemisah Antara Mom dan si kecil, melainkan saat ini si kecil sudah mulai belajar mandiri sebagai tahap persiapan dia masuk ke dunia yang lebih luas lagi. Mungkin memang benar, sebelum disapih si kecil pasti terkesan lebih membutuhkan Mom untuk bisa tidur nyenyak atau menjadi senjata ampuh saat si kecil rewel/nangis. Dan saat disapih nanti, senjata ampuh itu seakan-akan hilang dan Mom harus mencari cara lain yang sama ampuhnya. Saat si kecil harus beradaptasi dan belajar tanpa nen lagi, di sinilah moment dimana Mom dapat membangun hubungan kelekatan yang lebih erat lagi tanpa adanya “ketergantungan”. Sehingga si kecil pun akan merasakan kelekatan hubungan dengan Mom meskipun dia tidak nen lagi. Pikiran positif seperti itu yang sebaiknya secara perlahan Mom sugestikan kepada diri Mom sebagai persiapan memasuki proses menyapih si kecil.
2.Quality Time melalui Komunikasi dengan si kecil
Saat menyapih si kecil, mom pasti harus menyediakan extra time lebih banyak untuk menggantikan posisi yang awalnya mampu ditaklukkan oleh nen tadi. Jadikanlah hal tersebut itu sebagai moment quality time Antara Mom dan si kecil. Contohnya, Mom bisa memulai mengajak si kecil mengobrol atau membacakan cerita kepada si kecil sebelum tidur. Hal tersebut selain bisa menjadi stimulus si kecil untuk semakin menambah kosa kata, juga bisa menjadi moment untuk membiasakan terbangunnya komunikasi yang baik Antara Mom dan si kecil. Mom gak mau kan saat si kecil besar nanti dia menganggap Mom seperti guru killer yang membuat dia takut untuk bicara atau bahkan cerita sama Mom? Nah, hal ini salah satunya bisa diantisipasi sedini mungkin dengan mulai membiasakan mengajak si kecil berkomunikasi dengan Mom. Mulailah untuk menggantikan posisi nen untuk membuat si kecil tertidur, baru selanjunya hal ini bisa dilakukan untuk meredakan si kecil yang sedang rewel. Saat sejak dini si kecil sudah terbiasa membangun komunikasi yang baik dengan Mom, pasti seiring bertambahnya usia si kecil, komunikasi yang efektif ini akan melahirkan rasa saling percaya dan saling menghargai Antara Mom dan si kecil. Sehingga, Sinergi di dalam keluarga kecil Mom pun akan semakin kuat.
Dua hal di atas memang kelihatannya simple ya Mom, namun saat menjalani ini pasti akan ada tantangan tersendiri yang Mom akan hadapi. Kembali lagi, Mom sebagai seorang Ibu adalah key person dalam proses ini. Pantang menyerah yaa Mom. Mom adalah role model yang akan ditiru oleh si kecil. Jadi, mulailah dengan mempersiapkan diri Mom untuk membangun pikiran yang positif dan quality time dengan si kecil sebagai kunci sukses dalam menyapih si kecil.
Salam damai dan bahagia yaa untuk Mom semuaa 😊
Komentar
Posting Komentar