Langsung ke konten utama

Sarjana Psikologi / Psikolog itu Bukan Dukun

KAMI BUKAN DUKUN !!!

Tulisan ini saya buat, selain sebagai unek-unek dari hati saya yang paling dalaamm dan juga karena banyak sekali asumsi yang keliru dari lingkungan mengenai skill dari Psikolog atau Sarjana Psikologi, seperti :

Eh din, coba deh tolong cenayang foto orang ini. Orangnya tuh kayak gimana sih ? dia suka bohong gak ya sama gue ???”

Atau

"Duh, gw takut ah ngbrol sama sarjana psikologi. Ntar gw dibaca lagi

Aduuhh.. helloww . . Saya tuh Sarjana Psikolog, bukan Dukun atau Peramal sodara sodara . . . Tolong lah yaa, jangan terlalu kreatif. Emangnya saya itu  Mama Dinda (gantinya alm Mama Laurent) atau Nyi Dinda Bodo (adeknya Ki Joko Bodo). .??
Hikss. .

Hal-hal yang kayak gitu, kadang buat saya gemes bin males, Apalagi kalo yang minta tolong Cuma mau kepo atau ngecek aja analisa saya sesuai sama yg sebenarnya atau nggak.

Well, begini ya guys . . yang saya lakukan selama ini itu bisa saya jelaskan dari segi ilmu pengetahuan yang empiris dan dengan research kuantitatif. Jelas, ada dasarnya dan bisa dijelaskan kok, kenapa saya bisa melakukan analisa terhadap karekter seseorang. Perlu saya akui juga, hal ini memang diawali dari kemampuan bawaan saya dari sananya  (gifted) yang dikasih sama Gusti Allah. Tapi, saya gak berhenti bergerak melalui feeling saja. Saya lantas memverifikasi penilaian saya dengan ilmu pengetahuan. Selain supaya hasilnya lebih objektif, saya juga menghindari sekali stigma yang muncul bahwa yang belajar ilmu Psikologi itu semacam titisan Paranormal atau Mbah Dukun.

Duhh, ,  itu gak bener banget lohh . . .

Saya rasa kalau orang-orang di luar sana atau bahkan kamu yang sedang baca belajar juga tentang ilmu pengetahuan ini, tanpa punya gifted pun, kalian bisa  lohh menganalisa karakter orang lain. (tentunya dengan beberapa kali pengalaman dan trial error terlebih dahulu).

Yang pertama mau saya perkenalkan adalah ilmu Grafologi / Graphology. Grafologi adalah cabang ilmu Psikologi yang mempelajari karakter manusia mengenai analisa tangan. Buku  yg pertama kali ada mengenai grafologi diperkenalkan oleh Opa Camillo di tahun 1622. Kemudian tahun 1875, Opa Abbe Jean Michon dari Prancis mulai mengelompokkan ciri grafis tulisan dengan sifat-sifat manusia. Beliau juga yang menamakan ilmu ini sebagai graphology, yang diambil dari bahasa Yunani “graphi” : menulis dan ”ology” : ilmu

Dari sini sebetulnya bisa dipelajari bahwa sebenarnya tulisan tangan bukan hanya hasil karya atau seni dari tangan saja. Namun lebih jauh lagi, grafologi mempercayai bahwa gerakan otot syaraf saat menulis yang diperintahkan oleh otak, dipengaruhi oleh kepribadian. Jadi, apa yang dihasilkan dari tulisan tangan seseorang itu adalah unik berasal dari gerakan masing-masing otot syaraf. Dan tentunya ciri unik ini berbeda pada setiap orang.

Besar kecilnya tulisan, gaya tulisan, tekanan tulisan, bentuk huruf awal-akhir, kemiringan tulisan, spasi, dsb bisa menjadi bahan analisa karakter seseorang. Sebetulnya seru sih dan jujur saya sangat menikmati saat mempelajari ilmu ini. Saran saya kalau ada yang berminat untu tahu dan belajar lebih dalam mengenai grafologi, silahkan baca bukunya saja yaa. Bukan saya tidak percaya sama artikel yang bisa dicari memalui mesin pencariannya Mbah Google, namun saya tidak bisa menjamin isi dari penjelasannya itu empiris atau tidak. Khawatirnya, bukannya malah mendapat pencerahan, tapi malah tersesat.

Bukunya bisa dicari di toko buku ternama, atau bisa baca di google book :

Saya sarankan juga, belajarnya jangan sendirian yaa . . Sebaiknya ada expertise atau orang yang berpengalaman, yang bisa memberikan arahan yang benar.

Okee, beralih dari grafologi, sekarang saya mau memperkenalkan ilmu yang namanya Fisiognomi / Physiognomy yaitu ilmu untuk mengenal karakter seseorang melalui raut wajah. Biasanya selain psikolog, dokter pun mempelajari ilmu ini untuk mengetahui kondisi seseorang, apakah sedang baik atau tidak. Kalau ada yang kenal Opa Aristoteles dan Hippocrates, beliau berdua itulah yang mengeluarkan karya filsafat yang sangat popular untuk mempelajari fisiognomi. Dahulu kala di abad 18 dan 19, ilmu ini awalnya digunakan untuk mendeteksi kecendrungan perilaku seseorang dalam berbuat kejahatan. Namun perlahan berkembang ilmu frenologi yang sangat intim membahas bentuk kepala seseorang sebagai indikasi dari sifat dan kondisi mentalnya. Dan lbh banyak digunakan untuk  penelitian kriminalitas.

Menurut saya pribadi, mempelajari ilmu fisiognomi dari nol lebih sulit dibandingkan dengan mempelajari grafologi. Karena, raut wajah seseorang lebih kompleks dan bisa dipengaruhi oleh beberapa factor (baik secara internal ataupun eksternal) dari dirinya. Semua bagian dari wajah, seperti alis, telinga, hidung, mulut, dagu, rahang, mata, sampai rambut bisa menjadi bahan analisa. Tentunya, kalau sudah pakar dengan jam terbang yang mumpuni , akan sangat mudah melakukan ini
(ya iyaalaah namanya juga pakar. Hehe . . )

Oke guys, jadiii grafologi dan fisiognomi adalah dasar saya untuk selama ini melakukan analisa karakter seseorang. Jadi, bukan sekonyong konyong berdasarkan penglihatan, feeling  atau bahkan cenayang yaa. .  Sekali lagi, itu sama sekali tidak benar, bisa saya bilang fitnah. Dan tau kan, fitnah itu lebih kejam daripada gak fitnah?? Ehh daripada pembunuhan maksudnya 😁

Ilmu ini sangat bermanfaat juga untuk diterapkan di dunia kerja, contohnya saat proses rekrutmen. Selain evaluasi psikologis secara keseluruhan yg didapatkan dr proses psikotest, hasil analisa dr kedua ilmu ini juga bisa menjadi "modal" untuk menempatkan seseorang di posisi tertentu.

So, Psikolog atau  Sarjana Psikologi itu bukan Dukun yaa guys. . Semua ada dasar ilmu pengetahuannya. Kami sangat jauh dari hal-hal klenik bin mistis. Nonton Anabelle atau The Insidious aja pake modal botol akua buat nutupin mata, apalagi kalo sampe harus kerja sama dengan hantu hantu ituh . . huhuuu No Way lhaa !!  .

Kalau ada yang mau ditanyakan atau penasaran, atau mau trial , feel free yaa untuk kontak saya via email : adindaffnptr94@gmail.com atau DM IG di @dindadiffa

Hatur nuhun sadayanaa 😊😊

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Kehamilan Ektopik (Ectopic Pregnancy)

“Perjalanan Bangkit dari Ectopic Pregnancy (Kehamilan Ektopik)” Tergugah untuk share tentang pengalaman ini sebagai tanda "kekuatan" untuk para pejuang KE di luar sana.. Beginning . . . 06 Desember 2014 saya menikah. Sebagai pasangan pengantin baru, keinginan yang paling membludak dalam hati adalah “memiliki anak”. Apakah itu wajar? Ya, pastilah sangat wajar. Salah satu tujuan berumah tangga pasti untuk memiliki keturunan, generasi penerus dalam keluarga. Ditambah lagi, saat bertemu kerabat atau teman, pertanyaan yang paling sering mereka lontarkan adalah “Sudah hamil belum?”, dibandingkan dengan bertanya mengenai kabar diri saya atau suami sendiri. Jadilah, saya semakin gundah gulana saat bulan Januari kok “tamu bulanan” masih datang juga. Ah, pasti ada yang salah nih dengan metode “reproduksi anak” yang saya dan suami lakukan. Jadilah saya merengek pada suami untuk mencari tahu dan bertanya pada teman-temannya yang istrinya “cepat hamil”, bagaimana sih metode re...

Budaya Organisasi

Perusahaan Jepang, baik yang ada di Indonesia ataupun luar negeri terkenal sangat unggul dan termasuk cepat dalam mencapai tangga kesuksesan, karena menggunakan pendekatan adaptasi budaya dalam penjualan produknya. Keunggulan kompetitif produk Jepang adalah budaya organisasi yang akan menjadi “key-drivers. Budaya organisasi adalah “soft side,” sedangkan bagian “hard side” meliputi struktural, sistem produksi, teknologi, dan desain. 1. Pengertian Budaya Organisasi Schein (dalam Munandar, 2001) menjelaskan bahwa budaya organisasi terdiri dari asumsi-asumsi dasar yang dipelajari, baik sebagai hasil memecahkan masalah yang timbul dalam proses penyesuaian dengan lingkungannya, maupun sebagai hasil memecahkan masalah yang timbul dari dalam organisasi. Schein (dalam Munandar, 2001) juga menjelaskan bahwa budaya organisasi terdiri dari 3 tingkat. Pertama , adalah perilaku dan artifact, terdiri dari perilaku yang dapat diamati. Kedua adalah nilai-nilai, terdiri dari pola-pola perilaku yang ...

Sharing Toilet Training Aluna

“ Setiap anak mampu mempelajari hal yang baru, namun mungkin caranya saja yang berbeda ” Ya, hal itulah yang saya yakini selama ini dan menjadi modal dasar saya dalam menerapkan pola asuh pada Aluna. Setiap anak, hadir dalam alam semesta dengan membawa “keunikan” masing-masing, mengenalkan kita karakter mereka yang berbeda, dan tentunya treatment yang berbeda pula. Tugas saya dan suami sebagai orang tua, yang juga masih kami pelajari hingga saat ini adalah bagaimana kami mampu memfasilitasi dan mendidik Aluna sesuai dengan karakter yang dibawanya sejak lahir. Dalam ruang kali ini, saya ingin mencoba berbagi pengalaman mengenai Toilet Training yang sudah berhasil dilewati Aluna di usianya yang menginjak 2 tahun 5 bulan. Prinsipnya sama dengan pembahasan di awal, penerapan Toilet Training juga menurut saya tidak bisa dipukul rata sama pada semua anak. Artinya, jika ada anak yang sudah berhasil menerapkan Toilet Training di usianya yang masih 1 tahun 10 bulan, sementara an...